Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

11.08.2008

Week End

Jam sebelas siang.
Hari ini sebenarnya agak malas mau ngantor. Ada rencana sign out, tapi masih kabur. Kabur sekali. Pusing melihat keadaan kantor yang seperti ini. Makin rumit permasalahan finansialnya. Bukankah pekerjaan bisa berjalan dengan finasnsial yang mantap, paling tidak cukup? Ini belum termasuk 'big trouble' yang bisa datang dengan tiba-tiba, seperti stroke. Entahlah, dengar kabar big boss akan datang Senin depan. Tapi tidak tahu juga, apakah nanti anaknya yang memimpin perusahaan ini akan mengungkapkan 'sejujurnya' keadaaan perusahaan ini atau hanya membeberkan keuntungn, omzet, atau apapun untuk menccegah amukan Bapaknya.
Kembali berpikir untuk trying buka usaha sendiri, walau kecil tapi lancar. Dari pada seperti sekarang?? What's the best?

11.06.2008

Enam Nopember

Belajar menulis setiap hari, melatih kepekaan diri untuk mengungkapkan perasaan hati melalui tulisan.
Kemarin sore akhirnya aku jadi membuat bubur pulut durian yang telah cukup lama aku idam-idamkan. Mantap rasanya.
Kabar perusahaan sedang kabur, waduh bisa gawat juga nih. Dulu pernah parah, tapi tidak seperti sekarang keadaannya...

11.05.2008

Catatan Kecil Hari Ini

Hari ini Pekanbaru hujan di siang hari, lumayan lebat tapi sebentar. Gluduk besar sekitar 2x, aku menyempatkan nelfon Wati di rumah, menanyakan kabar Aci. Alhamdulillah fine. Rencana nanti mau buat bubur pulut durian, udah pengen banget....

11.04.2008

Jangan Lepaskan Cinta

Iseng aku dapat postingan bagus, memberikan pelajaran besar atas perselisihan paham dengan Hubby, tadi malam.
Diambil dari blog ini.

Jangan Lepaskan Cinta
(di sadur dari sebuah majalah wanita)

Cerita Saya hanyalah sebuah cerita biasa dari kehidupan seorang wanita. Saya membagi cerita Saya karena ingin membagi kebahagian yang Saya dapatkan dalam kehidupan Saya. Saya dilahirkan dari sebuah keluarga pekerja keras.
Papa Saya seorang pengusaha yang berhasil. Dari Saya kecil, Saya lebih dekat dengan Papa Saya, hal itu membuat Saya menjadi seperti seorang laki-laki.
Bukan dalam penampilan, tapi dari cara Saya berpikir dan cara Saya mengambil keputusan dan cara Saya berbuat. Dan Saya pun seorang pekerja keras seperti Papa Saya. Dengan kerja keras Saya dan adanya emansipasi, Saya berhasil memiliki semua yang Saya inginkan dalam hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari, Saya agak nakal, keras kepala dan suka gonta-ganti pacar dan mencoba sesuatu yang baru. Mungkin karena Saya mempunyai jiwa petualang layaknya seorang laki-laki karena dekat dengan Papa Saya.

Pada suatu kegiatan, Saya bertemu dengan seorang pria,yang kemudian menjadi suami Saya. Suami Saya itu menurut Saya bukan kriteria Saya. Saya melihat banyak kekurangan dari Suami Saya tersebut karena dia tidak seperti layaknya laki-laki yang Saya idamkan sebagai laki-laki ideal. Tapi ada hal yang menarik dari Suami, Saya dan Saya pun tidak tahu itu apa, yang membuat
Saya senang bersama dengan dia. Dan anehnya kami pun berpacaran.

Pacaran kami tidak seindah seperti layaknya cerita cinta Cinderella. Kami sering bertengkar, kami sering saling menyakiti satu sama lain. Menurut Saya hanya karena Suami Saya tersebut malu karena dia tidak memiliki banyak hal seperti yang Saya miliki. Suami Saya sangat angkuh dan sombong seakan-akan dialah orang yang paling pintar diantara kami berdua. Kami pun seperti kucing dan tikus, selalu bertengkar sehingga kami pun berpisah, walaupun kami kembali pacaran lagi. Yang terjadi kemudian adalah kami menjadi putus dan sambung berulang kali. Saya pun lelah dan menjadi sangat membenci dia lalu memutuskan untuk meninggalkannya. Lagipula keluarga Saya tidak menyukai Suami Saya karena dianggap hanya akan mengambil keuntungan materi yang keluarga kami miliki.

Saya pun mencoba menjalin hubungan dengan pria lain. Ketika gagal, Saya mencoba pria lain lagi dan begitulah seterusnya. Satu hal yang Saya tidak mengerti Saya selalu mengingat Suami Saya. Begitulah Saya melewati hari-hari dalam tahun-tahun yang berlalu dalam kehidupan Saya.

Waktu berjalan dan Saya pun bertemu dengan Suami Saya secara kebetulan di suatu kota. Suami Saya mengajak Saya untuk meluangkan waktu luang bersama. Saya pun setuju walaupun Saya sangat enggan karena mengingat rasa benci Saya kepada dia dan sikapnya yang angkuh dan sombong.

Kami pun bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masing. Saya melihat bagaimana keangkuhan dan kesombongan seorang pria ketika bercerita tentang keinginannya dan bagaimana menjalani hidup dengan kesendiriannya. Sampai pada akhirnya kami pun bernostalgia tentang hubungan kami. Saya melihat perubahan wajah pada Suami Saya, matanya seakan-akan menerawang dengan kosong.Tiba-tiba Saya melihat Suami Saya seperti melihat seorang yang tak berdaya. Saya tidak melihat lagi keangkuhan dan kesombongan dari seorang pria dalam diri Suami Saya, yang Saya rasakan kelembutan hati seorang pria.

Saya melihat Suami Saya hanyalah seorang manusia biasa yang mencoba bertahan tegar dalam masalah-masalah yang dihadapinya. Saat itu juga Saya menyadari, Suami Saya tidaklah seangkuh dan sesombong yang Saya rasakan. Saya bisa merasakan sedih yang Suami Saya rasakan ketika Saya memutuskan untuk berpisah dengan dia.Saya baru menyadari bahwa suami Saya sudah merasa tidak mampu membuktikan betapa dia sangat mencintai saya.

Ketika Saya kembali ke hotel, Saya pun menangis dan menyesali semua kebodohan yang telah terjadi. Saya kehilangan Suami Saya karena Saya menginginkan dia sesuai dengan apa yang Saya inginkan, dan ketika Suami Saya tidak mampu seperti yang Saya inginkan, Saya pun marah dan membenci dia tanpa melihat diri Saya
sendiri apakah Saya juga mau berubah seperti apa yang diinginkan suami Saya. Saya tidak bisa melihat Suami Saya sebagai seorang yang sempurna dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliknya dan Saya tidak menyadari bahwa suami saya telah berubah seperti kemauan Saya dengan semua kemampuan dia. Saya pun jadi membenci diri Saya karena tidak mampu melihat begitu banyak hal baik yang diberikan Suami Saya untuk membahagiakan Saya. Saya tidak mampu melihat kebahagian dan tawa yang diberikan Suami Saya dalam hidup Saya.

Kemudian Saya akhirnya menyadari, apa yang Saya suka dari Suami Saya yang tidak mampu diberikan oleh pria lain adalah Suami Saya membuat hidup Saya seperti alunan nada yang indah. Terkadang, nada itu sangat tinggi sehingga menyayat hati, terkadang sangat rendah sampai tidak bisa di dengar kemudian mengalun dengan
cepat dan penuh dentaman tetapi penuh keriangan. Suami Saya bukan seperti pria lainnya. Dia mengajar Saya melihat dengan cara yang berbeda. Kejujuran dia kadang menyakitkan hati Saya, tapi itulah yang membuat Saya mencintai dia, karena Suami Saya mau mencintai Saya dengan cara yang berbeda dengan pria lain. Dia ingin Saya menjadi lebih baik. Dan Saya pun melihat Suami Saya sama seperti Papa Saya, seorang laki-laki yang tahu apa yang diinginkan dalam hidupnya dan mau berjuang untuk cita-citanya.

Saya memutuskan mengajak Suami Saya bertemu dan Saya pun melamar dia. Suami Saya kaget tapi dia menerima lamaran Saya. Saya menangis bahagia dan untuk pertama Saya melihat Suami Saya menangis. Saya bahagia karena Saya telah menyia-nyiakan cinta Saya selama ini dan ketika Saya memutuskan untuk merengkuh cinta itu kembali, cinta masih berpihak pada Saya. Dan itulah keputusan paling gila yang Saya lakukan dalam hidup Saya.

Saya mendapat banyak cobaan untuk cinta yang Saya inginkan terutama dari keluarga Saya, tetapi Saya tetap percaya pada cinta. Memang Saya tidak mendapatkan semua yang Saya inginkan dalam hidup Saya, tetapi Saya mendapatkan satu hal yang paling indah dan berharga yang dapat diberikan oleh kehidupan yang tidak mungkin Saya tukar dengan apapun. Saya mempunyai keluarga dan anak-anak yang membuat Saya bisa ketawa dan bisa menangis, bisa membuat Saya senang dan marah, tapi itulah kehidupan. Dan seperti itulah kehidupan semestinya di jalani.

Saat ini sebagai wanita, Saya pun menyadari bahwa Saya memang diambil dari tulang rusuk laki-laki. Dan Saya sadar bahwa Pria adalah mahluk paling sempurna yang di ciptakan Allah. Pria adalah mahluk yang paling tegar tapi juga paling sensitif setelah saya menyadari bahwa sebagian besar perancang busana, juru masak, ahli
seni, arsitek, akuntan dll adalah pria. Mereka, kaum pria mampu kelihatan tegar dan keras di depan orang banyakbahkan mungkin di depan wanita yang dicintainya tapi
hatinya tetap sensitif melebihi wanita. Saya selalu mengutamakan kepentingan suami dan anak-anak Saya. Saya mau mengorbankan karir dan keinginan Saya pribadi. Ketika Saya mengorbankan kepentingan Saya pribadi demi cinta, Saya memperoleh lebih dari yang Saya inginkan, karena Saya mendapatkan seorang suami yang selalu mempunyai waktu untuk selalu berbagi. Suami yang mau mengajak Saya jalan berdua di malam hari, mencuci piring bersama dan memberi kejutan-kejutan yang menyenangkan hati Saya di kala gundah.

Hampir tiap hari Saya bertengkar dengan suami Saya. Dari hal kecil masalah pakaian dan belok kiri atau kanan ketika jalan,sampai masalah besar seperti suami Saya yang memilih jalan dengan teman-temannya daripada ke rumah orang tua Saya yang membuat Saya membenci dia lalu kami diam bermusuhan selama beberapa hari.Terkadang kami bertengkar karena suami saya melakukan sesuatu yang saya tidak suka tanpa saya mau menyadari bahwa apa yang dibuat oleh suami saya adalah untuk kebaikan saya. Tapi itulah cinta ketika Saya merasa Saya tidak malu menunjukkan diri Saya apa adanya ke suami Saya. Dan semua pertengkaran itu tidak ada artinya dibanding kebahagiaan dan kedamaian yang mampu suami Saya berikan. Saya dapat tidur dengan tenang karena suami Saya akan memeriksa anak-anak kami dan semua pintu dan jendela pada malam hari. Ketika Saya berpura-pura tidur dengan sembarangan maka suami Saya akan merapikan selimut saya dan menyingkir agar Saya tidur tenang. Suami Saya akan membereskan berkas-berkas di meja Saya dan Saya bisa langsung berangkat ke kantor dan jika ada yang ketinggalan suami mau memutar balik kendaraan kami walaupun dia tetap marah. Tapi apapun yang terjadi kami tetap bersama bukan karena kami diikat dalam sebuah pernikahan tetapi kami mengikatkan diri dalam cinta kami. Saya dapat bertengkar dengan hebatnya tanpa takut karena Saya yakin cinta kami lebih besar dari keegoisan kami masing-masing.

Apa yang ingin Saya sampaikan kepada anda semua kaum wanita adalah hal yang sederhana. Pertama adalah salah ketika anda berpikiran anda akan berhasil meraih karir atau cita-cita pribadi anda dengan hidup sendiri dengan alasan apapun, karena sudah tertulis bahwa manusia hidup berpasangan. Karena setiap pria dan wanita akan saling memberi dan saling berbagi. Kedua, kehidupan berkeluarga itu sangat rumit dan komplek, jauh melebihi mengurus perusahaan-perusahaan, karena tidak ada struktur organisasi, SOP, manajemen tertulis dll. Bisa anda bayangkan anak anda yang tidak mau menurut perintah anda, tetapi anda tidak bisa memecat dia atau pun ketika anda sedang capek dan tiba-tiba suami anda bertanya dimana kaos dalam di taruh dan anda tidak bisa menggantung di pintu anda tulisan "Jangan Diganggu, Lagi Sibuk" karena anda satu kamar dengan dia atau anda harus mengeluarkan dana non budget hanya karena tembok anda di coret-coret oleh anak anda tanpa bisa mengeluarkan Surat Peringatan. Tetapi kalau anda bisa mengatasi dan menikmati kehidupan keluarga anda dan mampu belajar dari kehidupan berkeluarga, maka percayalah anda akan menjadi wanita yang berhasil.

Tidak ada wanita yang berhasil dan terkenal dalam dunia ini yang hidup sendirian. Semua wanita yang berhasil selalu mempunyai keluarga yang baik, karena wanita lah yang mengatur sebuah keluarga. Dan saat itulah anda akan menyadari kenapa wanita diambil dari tulang rusuk pria. Bahkan Saya berbagi cerita ini untuk wanita-wanita yang menginginkan semua hal yang terbaik dalam dirinya. Saya tetap seorang isteri yang menyiapkan pakaian suami Saya, menyiapkan makan di rumah Saya dan segala sesuatu dalam rumah tangga Saya. Dan jika Saya harus memilih, maka Saya memilih keluarga Saya dibanding dengan karir Saya yang terkenal.

Akhir kata, jika anda percaya sudah menemukan cinta anda dan pasangan hidup anda, berjuang lah mendapatkannya dan jangan lepaskan cinta anda. Mungkin jalan cerita cinta anda tidak semulus cerita teman anda atau orang tua anda, tetapi ketika anda mau berjuang demi cinta anda, anda akan melihat dalam cinta, segala sesuatu akan tampak lebih indah.Jangan terpaku pada hal-hal kecil, nasehat saya, jika anda mampu menghitung semua kesalahan dan sikap dia yang membuat anda benci pada pasangan anda, percayalah anda tidak akan pernah sanggup menghitung kebaikan,tawa dan kebahagiaan yang dia berikan pada anda, dan itulah cinta. Hidup itu indah bukan karena jalan yang harus kita lalui itu mudah tetapi karena jalan kehidupan itu berat dan berliku kadang menanjak dan menukik turun dengan tajam dan bergelombang dan akhirnya anda akan merasa bahagia tanpa mengingat apa yang telah anda lalui jika anda mau tetap teguh dengan cinta anda. Saya tidak mau anda mengalami hidup seperti Saya yang menyia-nyiakan cinta Saya karena ke egoisan Saya.
Terkadang kita baru menyadari sesuatu itu begitu berharga ketika kita kehilangan.

Diantara semua yang ada didunia, maka cintalah yang paling terbesar. Saya adalah seorang CEO di salah satu perusahaan terbesar di Amerika bahkan di dunia. Dan Saya lebih bangga menyebut diri Saya sebagai seorang isteri dan ibu yang bahagia karena untuk itulah Allah menciptakan Saya di dunia ini.

--Wanita Biasa--

10.28.2008

Pindah Rumah

Alhamdulillah, akhirnya kami pindah ke 'calon' rumah kami sendiri, di Nuansa Griya Flamboyan Blok I No. 7 Hari Sabtu, 25 Oktober 2008 kemarin. Betapa repotnya pindah rumah, sampai hari ini masih ada yang belum kelar, maklumlah kami berdua bekerja dari pagi hingga sore.

Rumah baru kami ini, type 40, lebih kecil dari rumah sewaan Pak Daud yang sudah lebih 2 tahun kami tempati.



Mudah-mudahan rumah baru ini berkah bagi kami, diberi kesehatan, kemurahan rejeki dan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga, Amin..

10.18.2008

Uwo Sakit

Uwo sedang sakit...
Sejak Kamis kemarin dirawat di RS Ibnu Sina. Semoga cepat sembuh ya, Uwo... Kami semua sayang Uwo..

10.11.2008

Cerita Mudik 1429H


Hey..hey... Lama sekali aku meliburkan diri dari dunia blogger! Ya, kemana lagi kalau bukan mudik.. Kepada semua pembaca 'setia' blog ini, kami sekeluarga mengucapkan: Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan batin.... Mohon maaf juga buat teman-teman yang telah mengisi SB namun belum sempat daku balas kunjungannya...

Our Dymsi

Dua puluh tiga September 2008 kami bertolak jam sore melalui kapal motor Jelatik Express ke Selat Panjang, Kabupaten Bengkalis. Perjalanan ini adalah perjalanan terlama berdasarkan urutan waktu, karena perkiraan sampai di tujuan jam 5 subuh besoknya. Bermalam di KM Jelatik ini sebenarnya lebih nyantai dibandingkan berpergian dengan mobil atau kendaraan kapal yang lain, dan disini tidak ada mengenal kelas VIP atau ekonomi. Semua mendapat tempat yang sama, dengan harga tiket untuk saat ini Rp. 80.000,-

KM Jelatik Express

Satu hal yang kurang menyenangkan di sini adalah WC-nya. Ya, sebagaimana WC yang tidak menyenangkan dari kapal motor bersama....

Dymsi di jendela KM Jelatik

Sedikit melenceng dari perkiraan, kami sampai di Selat Panjang pukul 06.30 WIB, dan pada pukul 11 siang kami pindah kapal lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Pinang melalui kapal MV Dumai Express. Kapal berjenis fiber ini membawa kami sampai di Tanjung Pinang sekitar pukul 4 sore. Alhamdulillah gelombang cukup teduh, dan Dymsi sama sekali tidak rewel. Kami menginap di Hotel Wisma Riau. Rencana awal di Hotel Surya, hotel langganan kalau kami pulkam, karena disini murah meriah dan nyaman. Tapi di saat mudik begini pada penuh kamarnya.

Jembatan Siak yang diresmikan SBY

Oya., ini ada hasil jepretan Hubby Jembatan Siak di malam hari dari atas sungai. Konon pembangunan jembatan ini mengabiskan cukup banyak biaya dan jembatan ini jelas tidak sebanding dengan jembatan Leighton yang ada di Pekanbaru.

Kepadatan penumang di Pelabuhan Sri Bintan Pura - Tanjung Pinang

Keberangkatan ke Dabo tentu sama seperti para pemudik lainnya, berdesak-desakan untuk menuju kapal yang pada hari itu hanya satu yang berangkat ke tempat kelahiranku. Di Tanjung Pinang alias Pulau Bintan penumpang yang menunggu sudah sangat ramai, bukan cuma penumpang tujuan Dabo, tapi juga penumpang tujuan Batam, Tjg Balai Karimun, bahkan mungkin Malaka dan tempat-tempat lainnya. Di Tanjung Pinang ini pelabuhannya sangat strategis.

Pelabuhan Jagoh

Pelabuhan Jagoh menjadi ending perjalanan via kapal part 1. Kapal berlabuh jam setengah lima, tapi kami tidak mendapat angkutan mobil yang akan membawa kami istirahat di rumah Mommy. Akhirnya abangku, Bang Adek mengirimkan mobil jemputan yang membawa kami sampai jam setengah delapan malam, setelah melewati perjalanan darat kurang lebih satu jam.
Tiga belas hari (nett) kami di kampung halamanku itu.

Rumah Kami di Dabo

Tak banyak yang berubah, bahkan menurut Hubby, Dabo yang sekarang ya tetap sama saja dengan Dabo kurang lebih tiga tahun yang lalu, ketika kami melangsungkan pernikahan. Dalam Bulan Ramadhan itu kami sempat berjalan-jalan ke pantai biasa, bukan pantai pariwisata. Itu untuk mengobati kerinduanku pada pantai, sekaligus memperkenalkan pantai kepada Dymsi, anak kami.

Di pantai
Waktu ke pantai pertama kali sejak kedatangan kami itu, ombak lumayan bergejolak.Entah mengapa aku tidak menikmati keindahan itu 100%,karena tiba-tiba timbul sedikit rasa takut akan ombak yang menari lepas, dan melantunkan lagu alamnya.Terbayanglah tsunami, entah bagaimana perasaan jika tiba-tiba saja ombak itu menjadi lebih tinggi. Tapi tentu itu tidak ada dalam pemikiran Hubby & Dymsi, karena mereka asik bermain dengan ombak yang datang melambai pantai, menyentuh pasir lembutnya.

Dymsi happy di pantai

Semakin menjadi seorang ibu, aku merasakan diriku semakin menjadi orang yang penakut. Di satu sisi barangkali daku terlihat tegar, tapi disisi lain ada bermacam-macam ketakutan yang dulu hampir tidak pernah ada.

Dabo masih seperti Dabo yang dulu.

Pelabuhan Dabo
Pelabuhan ditengah kota yang tidak termanfaatkan oleh kapal yang berlabuh dari Tanjung Pinang. Setiap jam petang pelabuhan ini menjadi tempat jalan-jalan sore untuk melepas memandang laut atau tempat memancing bagi beberapa orang.

Sunset di Pelabuhan Dabo
Jalan-jalan yang sepi, gedung-gedungnya juga tidak banyak berubah. Yang kelihatan bertambah adalah bendera-bendera berbagai macam partai dengan semboyannya masing-masing. Bahkan salah satu partai membuat tulisan di spanduknya menyesuaikan dengan bahasa melayu setempat: "Bersame Kite Bise". Aku membacanya di beberapa ruas jalan.

Simpang 4 Toko Sakura
SMP Negeri 2 dan SMU Negeri 2, ex. sekolahku juga masih seperti itu. Oya ada gedung yang sedang di rombak di SMUN 2.

Simpang 3 Balai


Masjid Azzulfa

Ada 1 buah minimarket yang baru, Mega Glory. Mungkin hampir semua orang di Dabo senang berbelanja di sini.

Dymsi naik 'harimau bergoyang' di Mega Glory

Pengamatanku yang lain selama di Dabo, adalah perihal makanan jajanan, seperti bakso, mie ayam, pangsit ataupun jajanan lain yang sejenis sangat kurang di sini. Misalnya bakso yang paling enak mungkin bakso ikan Mas Mangun yang mangkal di Sungai Lumpur. Tapi kalau bakso sapi, mie ayam, rasanya masih kalah telak. yang anehnya walaupun rasanya 'kurang' tapi yang makan di tempat tetap banyak, bahkan yang ingin membeli bawa pulang juga mengantri.Aneh.
Kemudian bahan makanan juga mahal walau Pulau Singkep ini dikelilingi oleh laut. Ikan rata-rata dua puluh ribuan yang paling murah untuk ukuran 1 kg. Ikan tenggiri 40rb/kg. Udang 40rb-50rb/kg. Kepiting 40rb/kg.Ayam ras 30rb/kg. Daging sapi apalagi, sebelum lebaran sudah mencapai 100rb/kg. Sama seperti dulu, daging sapi ini tidak setiap hari ada di pasar, nahkan sangat jarang sekali, karena pemotongan sapi hanya pada event-event tertentu saja. Makanya kalau ada yang berhajat memotong sapi (sekaligus menjual daging di pasar), biasanya berita itu sudah tersebar ke seluruh penjuru Dabo.

Persiapan Sholat Id


Dymsi yang sempat ngambek sebelum sholat Id

Idul Fitri kami sohalat Id di kompleks rumah, dengan jamaah yang tidak terlalu memadati Musholanya, bahkan bisa dibilang cukup lengang. Pulangnya kami bermaaf-maafan dan menerima tamu cilik. Kami lebih banyak di rumah, selain bersilahturahmi dengan tetangga.

Mommy dan cucu-cucunya di Dabo

Di Dabo Dymsi sering berebut mainan dengan Pini, ada ke-2 Bang Adek yang biasa disapa Angah. Sementara Riska sudah mulai dewasa pemikirannya dan Fahri alias Dek Ndo yang berumur 4 bulan sangat anteng sekali sehari-harinya.

Ketupat before direbus

Ketupat yang siap 'disebarkan' ke pembeli

Lebaran begini seperti biasanya Mommy mendapat rejeki order pesanan ketupat. Untuk tahun ini hanya sekitar 700 buah, tidak terlalu banyak dibandingkan dulu karena kondisi Mommy juga tidak se-fit dulu.
Hubby-ku kursus buat ketupat

Bengkel Bang Adek di belakang rumah

Sehari sebelum pulang kami ziarah ke makam Bapak, nenek, Atuk, wong dan Mak Cik Halimah. Ada perasaan haru yang tumpah, terlebih pada pusara Wong dan Makcik, karena almarhumah masih ada terakhir kami pulang waktu akan menikah. Banyak kenangan yang tak terlukiskan.

Makam orang-orang tercinta

Rabu tanggal 8 Okt kami bertolak kembali ke Pekanbaru, melewati rute yang sama, dan sekarang kembali bekerja, beraktifitas seperti sedia kala....
Kabut & matahari terbt di Sungai Siak

*ending cerita mudik,-.

9.22.2008

Monday, busy?

Monday.
Hari ini pilkada untuk pemilihan gubernur Riau. Bingung mau pilih yang mana. Siapapun nanti yang menang semoga menjadi pemimpin yang baik bagi propinsi ini.
Planning hari ini berbelanja sedikit untuk keperluan hari raya. Karena sibuknya kami hampir tidak punya banyak waktu untuk berbagai rencana. Seperti kemarin, tidak sempat untuk ke rumah Ibu karena ditahan untuk buka bersama di rumah Bang Apok, dan dilanjutkan dengan kedatangan Ayah Nugha sekeluarga pada malam harinya. Hebohnya Dymsi mengajak Kak Kembar & Mas Nugha untuk menonton Upin & Ipin 12 episode....

9.20.2008

KPR - Mudik-Buka Bersama

Hari-hari menjelang pulang ke Dabo sangat sibuk. Semua harus dikejar. Alhamdulillah akhirnya Kemarin Jumat, 19 September 2008 kami telah selesai melaksanakan akad kredit rumah di Bank BTN, setelah mendapat surat persetujuan dari BTN bulan Agustus kemarin. KPR gitu..
InsyaAllah kalau tidak ada halangan Bulan Nopember nanti kami akan menempati rumah baru yang mungkin lebih kecil dari rumah sewaan ini. Tak mengapa, asalkan yang dicicil itu adalah rumah kami sendiri.. Terima kasih Ya Allah, Alhamdulillah....
Oya, mengenai pulang ke Dabo Singkep, kota kecil tempat aku dibesarkan itu, rencananya kami akan pulang hari Selasa nanti, tanggal 23 September. Berhubung ongkos melalui transportasi udara sangat mahal sekali (bisa 2x lipat dari angkutan laut), dan dengan pertimbangan penghematan, kami memutuskan untuk pulang dengan kapal saja. Kalau dari Pekanbaru ini, kami akan bertolak ke Selat Panjang pukul 5 Sore dengan kapal motor Jelatik, menyusuri Sungai Siak yang akan menjadi pengalaman pertama buat Hubby & Dymsi. Sedangkan aku, sejak jaman kuliah dulu sudah berkali-kali menggunakan transportasi ini.
So friends, mungkin daku juga bakal lama tidak mengunjungi blog ini, kalau cuma ym-an barangkali bisa, itu pun kalau ada waktu, sebab menurut schedulle aku akan membuat kue lebaran sesampai di Dabo nanti, kasihan Mamak tidak ada yang membantu. Kalau mau beli juga sayang, toh aku kan ada waktu dan Dymsi sudah cukup besar tidak masalah jika aku di dapur. Lagi pula di sana nanti akan ada sepupu-sepupunya yang bakal menjadi teman bermainnya.
Pagi ini terasa lebih melelahkan, kemarin kami ikut buka puasa bersama di sekolah Hubby. Acaranya ramai, dihadiri oleh orang tua murid juga. Karena tidak tahan dengan suasana yang cukup berdesakan itu, aku memutuskan untuk stay di labkom saja. Dymsi juga betah sekali di 'kantor' ayahnya itu...
oya sebelumnya tanggal 13 September kemarin kami buka bersama di rumah Ibu, sekalian acara buka bersama anak murid Yati juga. Belum sempat ditulis ya ceritanya.. ya itu karena sang penulis ini sibuk sekali...
Hmm, melelahkan memang. Belum tau ni apakah masih bisa update blog ini atau tidak, berhubung Senin mendatang di Pekanbaru bakal dilaksankan Pilkada pemilihan gubernur Riau yang baru... Doain ya semoga perjalanan mudik kami tahun ini selamat, sehat dan menyenangkan!

9.13.2008

Mulai Sekarat atau Berkarat?

Hampir enam tahun aku bekerja di sini, di perusahaan kontraktor yang 'membesarkanku' di dunia kerja. Waktu di terima bekerja di sini, aku masih menyusun skripsiku, yang berbasis analisa mikroba. Bidang ilmuku sangat bertolak belakang dengan pekerjaan yang aku jalani sekarang. Tapi mau bagaimana lagi...............
Tahun bertambah, tapi perusahaanku(baca: perusahaan bos ku) ini bukan semakin maju, malah sebaliknya. Pekerjaan semakin bertambah, tapi penyelesaian pekerjaannya semakin lambat, yang bermain antara addendum dan denda. Pusing.
Tahun 2008 yang menurut gambaran orang chinese adalah tahun keberuntungan, mungkin setengah berlaku bagi perusahaanku. Di satu sisi, sepanjang tahun ini pekerjaan datang betubi-tubi, malah sub kontraktor langganan kami juga ikut kewalahan, kekurangan anggota. Tapi disisi lain, kami sering macet dibahan, macet di keuangan, sungguh keadaan yang memancing emosi kerja. Karena tidak setiap orang di kantor ini peduli dengan keadaan kami yang mungkin sudah mulai sekarat (atau berkarat?).
Semoga ada perbaikanlah, Bos. Banyak karyawan yang menggantungkan nasib hidup, makan anak & istri di sini....

9.04.2008

Upin & Ipin


Kamis.
Ramadhan hari ke-4.
Sudah mulai terbiasa, dengan suasana Ramadhan yang membuat kita menjadi bersahaja.
Mungkin sebelumnya kita menjadi manusia yang berlebihan dengan keinginan yang berlebihan dan prilaku yang berlebihan pula.
Tapi dengan menjalani Bulan Ramadhan, kita bisa lebih menahan diri. Diluar Ramadhan barangkali terasa berat, ternyata dalam Ramdhan kita bisa. Intinya bukan mesti di Bulan Ramadhan saja, diluar Ramadhan seharusnya kita juga menjadi manusia yang bersahaja.



Pernah mendengar atau menonton kartun animasi Malaysia UPIN & IPIN?
Dymsi suka sekali nontan kartun ini. Ceritanya sangat mendidik. Kartun animasi berdurasi singkat ini menceritakan tentang kisah saudara kembar, Upin & Ipin yang telah tinggal bersama Nenek dan kakaknya setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Bahasa melayu Malaysia yang sangat kental membuat aku teringat dengan kampung halamanku (baca: Dabo Singkep). Hampir persis sama.
Tingkah laku Upin & Ipin ini yang lucu, ditambah logat melayunya menonton kartun ini akan membuat kita tersenyum, bahkan bagi kami yang mendalami istilah melayunya bisa tertawa terbahak-bahak. Sebenarnya di Televisi Swasta kita, TPI sudah pernah menayangkan Upin & Ipin ini selama Bulan Ramadhan.
Buat yang penasaran, belum pernah nonton bisa download disini.

9.03.2008

Dymsi Selepas di Sapih



Alhamdulillah sampai hari ini aku masih bisa menjalankan ibadah puasa. Oya, Dymsi sudah mulai beradaptasi dengan suasana malamnya yang setelah menjalani malam ke-5. Hanya saja seharian kemarin minta gendong melulu, dan agak rewel. Bahkan saat kami berbuka pun Dymsi minta gendong juga. Tapi tidur malamnya 100% baik, sesekali bangun, duduk dan minta minum air putih, setelah itu langsung tidur kembali. Sampai saat ini Dymsi tidak mau mimik susu botol kalau malam, kalau siang dia mau.

Oya, hari Minggu kemarin kami ke rumah Nenek Labor (Ibu). Selepas ziarah kubur (aku dan Dymsi tidak ikut), Dymsi minta difoto. Jadilah Nenek & Ayah seperti fotografer, sibuk menjepret si bidadari kecil ini.