Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

11.30.2009

Kalah


Hasil tes CNPS sudah keluar.
Dan aku gagal, kalah dalam pertarungan.
Bukan tak membawa pedang, tapi pedangku kurang tajam.
Dan itu adalah hal yang biasa, bukankah dalam pertarungan yang kalah dan yang menang tetap ada?
Bukankah kekalahan adalah kemenangan yang tertunda?
Masih ada jalan lain, karena aku yakin kekalahan ini adalah petunjuk dari Allah, agar aku lebih giat berusaha.

11.21.2009

Menjelajah Blog Lama di wordpress


Mata mengantuk, mau browsing bingung.
Akhirnya terpikir untuk membuka blog lamaku. Ada cerita 'basi' di sana, tapi akan membuat aku menjadi sedikit segar dengan mengingat cerita beberapa tahun yang lalu.
Setelah membaca beberapa postingannya, ternyata aku menyukainya. Maksudku, aku menyukai cara aku menulis yang dahulu ketimbang sekarang. Karena tulisan lama lebih 'berisi', dan lebih banyak cerita fun. Terus terang saja, waktu dulu beban hidup tidak seperti sekarang.
Begitulah roda, menutup blog lamaku itu membuat aku 'merindui' masa-masa itu, masa dimana kami bisa belanja 'sesukanya' tanpa dibatasi oleh budget-budget yang memusingkan seperti sekarang. Ada tulisan dimana aku bertanya pada diriku sendiri, kapan kami tidak menyewa rumah lagi, kapan kami bisa punya rumah sendiri...
Sebenarnya jawaban itu terjawab sudah sekarang, dan dengan kompensasi yang cukup berat.
Tantangan hidup begitulah, ibarat kata orang melayu kain itu singkat, ditarik ke atas bawah yg nampak, ditarik ke bawah atas yang nampak.
Saatnya bersabar.
Dihalaman ini ada beberapa tulisan menarik, cukup memotivasi untuk menjadikan diri lebih positif.
*Halah, cerita basi biar bertahun-tahun tetap saja tidak akan rugi untuk dibaca. Mau ikut reuni?

11.17.2009

L L L


Hari ini terasa lemah, lelah. Letih.
Entahlah, apa tubuhku belum 100% fit setelah sakit selama seminggu.
Dua hari ini Hubby terlambat ke sekolah, dan semua karena aku bekerja lamban. Padahal sebelum sakit aku bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dan mempersiapkan anak-anak sebelum berangkat, tapi hari ini ketika ditinggalkan rumah kami dalam keadaan sangat berantakan. Bukan seperti kapal pecah saja, tapi seperti kapal pecah dan karam.
Ada pembicaraan hangat tadi malam sampai kami tidur sangat larut malam, bahkan mungkin lebih tepatnya jam 2 dini hari. Sepanjang perjalanan pagi tadi, di atas motor roda 2 kami yang butut, aku berpikir tentang kemungkinan untuk lebih mandiri.
Semoga ada titik cerah, atau petunjuk atau apalah untuk kehidupan ini yang aku rasa tidak mungkin bila setiap hari seperti ini. Mampu pun aku, tapi badan begitu letih, dan kehidupan ini terasa abnormal.
Bukan mengeluh, bukan tidak bersyukur atas apa yang telah Allah anugrahkan. Hanya berusaha mencari jalan yang lebih baik dari ini.
Teringat sebuah cerita, dan ini didapatkan Hubbyku dari milis KGI.
Seorang anak yang hampir setiap hari ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya. Sampai suatu saat anak itu bertanya kepada ayahnya, "Berapa gaji ayah sehari?" Dan Ayahnya menjawab pertanyaan sang anak tanpa menyadari maksud dan pikiran polosnya.
Anak itu bukan anak yang kekurangan, dari segi materi orang tuanya bisa memberikan semuanya, tapi sang anak butuh sesuatu yang lebih berharga, yaitu 'Waktu'.
Sang anak kemudian giat menabung hingga terkumpullah sejumlah uang dan ditemuinya kembali sang ayah.
Anak itu berkata, "Ayah, maukah Ayah menemani aku beberapa hari saja? Aku punya uang segini, cukup untuk menggantikan gaji Ayah beberapa hari."
Subhanallah, anak tersebut menabung hanya untuk 'membayar' waktu Ayahnya yang tidak pernah ada untuknya. Bagaimana perasaan kita sebagai orang tua jika anak kita berpikir harus 'menggaji' kita untuk mendapatkan waktu kita bersamanya? Apakah prinsip atau istilah "Time is Money" itu benar adanya?
Kita ini lucu, sering berdalih bahwa kita bekerja seharian untuk anak-anak, padahal sebenarnya yang kita lakukan adalah menerlantarkan mereka dengan sibuk menitipnya kepada orang tua, saudara, tetangga, pembantu, baby sitter, atau siapa sajalah yang bisa mengasuh anak-anak selama kita bekerja.
Waktu yang kita miliki adalah hak anak-anak kita, mampukah kita memberikan hak mereka dengan sempurna?
Aku tidak sedang membicarakan orang lain, aku membicarakan kami, diriku sendiri, yang egois, yang tega 'lelah di kantor' dibanding 'lelah di rumah' dengan alasan mencari uang untuk anak-anak.
Padahal aku sendiri juga capek, teramat sangat!!
Kami perlu berubah, karena memang ada banyak hal yang mesti diubah.
Semoga ada titik cerah, karena sesungguhnya Allha maha Sayang kepada hamba-hambanya. Tentus aja diiringi dengan usaha dan berdoa.

11.06.2009

Teman dengan Senyuman


Pertemuan itu diawali dengan kebisuan, dan sampai sekarang juga masih membisu.
Kami bertemu di Masjid, pada setiap sholat Ashar, karena pada waktu itulah aku bisa melangkahkan kakiku, menyeberang Jl. Riau yang padat kendaraan.
Aku tidak tahu namanya, dan tidak pernah menanyakannya sampai saat ini.
Indah walau pertemanan kami hanya diisi dengan senyuman, dan salaman setelah sholat berakhir.
Seorang yang keriput telah menyelumuti tubuhnya, tetapi manis dengan senyuman ikhlasnya.
Seorang jamaah masjid yang aku temui sekali sehari, dan tanpa aku sadari setiap kali ke masjid itu, kepalaku melongok, mencari sosok itu. Dan ketika wajah kami berpas-pasan, kembali aku melihat senyuman manis itu.
Ah, aku pasti merindukannya.

11.04.2009

Tes CPNS

Dua tahun belakangan ini aku mencoba ikut dalam kompetisi yang persaingannya ketat itu.
Dan hasilnya, masih sama dengan sebagian besar peserta ujian, yaitu TIDAK Lulus.
Belum rezeki jadi PNS.
Tahun ini kembali aku coba, tanggal 24 Oktober lalu ikut tes CPNS Deptan di Gedung Juang. InsyaAllah tanggal 7 Nopember mendatang kembali bertarung untuk mendapatkan bangku di Dephut. Aku akui dalam tes cpns banyak ditemukan soal yang sulit dari pada yang mudah, bahkan tak jarang peserta yang tak lulus-lulus merasa jenuh, bosan, capek ikut tes yang sama setiap tahunnya, apalagi jika persentase kelulusan sangat signifikant dibanding peserta yang ikut tes.
Targetku tentu saja LULUS. Tapi jika nanti hasilnya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tentu saja tidak boleh kecewa. Karena menang atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang penting bagaimana cara kita menyikapi keduanya, dan tetap Optimis walau apapun hasilnya.

Mohon doa kepada teman Blogger dan Facebook-er yaaa, semoga aku bisa lulus. Amin..