Bisnis dari rumah adalah impian saya, apakah anda juga demikian?
Sumber: tabloid nova
Benarkah uang menjadi faktor terpenting ketika Anda memutuskan membuka usaha sendiri dari rumah?
Bermula dari Keluarga
1. Zaman sekarang, perempuan lebih leluasa memilih bekerja di kantor atau di rumah. Menurut Sahmullah Rivqi , Retail Business Director dari Pillar Business Accelerator Pendamping UKM Indonesia , ada yang ingin membantu perekonomian keluarga dan ada pula yang bekerja untuk aktualisasi diri. “Padahal penghasilannya sudah cukup,” tuturnya. Di sisi lain, tak sedikit pula yang bekerja karena ingin berkontribusi dengan orang lain. “Ia rela digaji ala kadarnya yang penting bisa bekerja.”
2. Di tengah jalan, terkadang perempuan memilih keluar dari pekerjaan tetapnya di kantor. “Alasan terbanyak karena keluarga. Ada yang ingin memperbaiki perekonomian karena karier di kantor mentok, gaji kecil, lingkungan kantor mulai menyebalkan, gaji tidak sesuai, lingkungan teman-teman kurang bagus,” papar Rivqi yang sering mengisi acara di radio dan televisi ini.
3. Satu hal yang harus dipahami jika Anda ingin bekerja di rumah dengan alasan ingin lebih dekat keluarga. Padahal, hal ini belum tentu bisa terwujud, lho! Bisa jadi, Anda makin sibuk dan pesanan makin menggunung. Alhasil, Anda pun keteteran mengurus anak. “Padahal, anak-anak butuh perhatian. Ia ingin disapa, ditemani, didongengi saat mau tidur. Apalagi anak di bawah usia 12 tahun.”
4. Sebenarnya, kedekatan dengan anak bukan masalah frekuensi, durasi, atau seberapa besar kualitas yang diberikan. Tapi, bagaimana momen yang diciptakan, seperti memandikan atau menyuapi. “Momen mengantar anak sekolah paling dikenang anak sepanjang hidupnya. Saat di mobil, anak bisa diberi nasihat dan diberikan lagu-lagu yang menginspirasi dan bukan lagu-lagu cengeng.”
Alasan Hingga Kegiatan
1. Langkah awal yang harus dipikirkan bukanlah, “How to do the business? ” tapi “Why? ” Misalnya, kenapa memilih bisnis online di rumah? “Jika alasannya karena macet, berarti saat Jakarta tidak macet lagi, Anda tak akan melakukan bisnis lagi. Itu bukanlah alasan tepat,” tegas Rivqi.
2. Perhatikan jenis bisnis yang akan dibangun dan mungkin dijalankan di rumah. Anda juga harus ingat, berbisnis di rumah, bukan berarti tidak keluar rumah sama sekali. “Bukan sekadar duduk menunggu orderan, tapi butuh pengembangan diri dan relaksasi. Jika berkutat di rumah melulu, bisa-bisa tambah pusing dan stres.”
3. Begitu Anda berhenti bekerja kantoran, akan ada aktivitas yang berbeda. Menurut Rivqi, yang terjadi kebanyakan adalah bangun tidur dengan pikiran kosong. “Karena, tadinya sibuk menjadi tidak sibuk,” ucapnya. Oleh karena itu, buatlah jadwal aktivitas di rumah sebelum mengundurkan diri agar Anda tidak panik dan linglung. “Perasaan linglung terjadi karena Anda tidak tahu apa yang mau dikerjakan.
4. Saat Anda bekerja di rumah, usahakan Anda selalu disiplin dalam membagi waktu kerja, tentukan jam mengurus anak, menyiapkan sarapan, hingga memandikan anak. “Setelah anak sekolah, mulailah bekerja dan berhenti saat anak-anak pulang sekolah. Ibaratnya, sesuai jam kerja kantoran. Lalu, kembali bekerja setelah anak tidur. Ibu boleh sibuk tapi tetap memberikan perhatian keluarga.”
5. Dalam berbisnis yang menjadi bos adalah diri sendiri. Jadi, jangan kelamaan berdiam diri karena hal ini akan membuat malas bekerja. “Saat anak sekolah, Anda malah main internet, membaca, bergosip, menonton televisi, keenakan di rumah. Akhirnya, Anda jadi enggan ke mana-mana,” urai Rivqi. Seharusnya, aktivitas di dalam dan luar rumah tetap diatur. Misalnya, saat bosan, lakukan sesuatu yang menyenangkan, seperti training , seminar, arisan, reuni, mencari bahan baku, mencari pelanggan di luar, atau ikut pameran.
Soal Penghasilan
1. Berbisinis di rumah juga membutuhkan pengawas. Dalam hal ini, Anda bisa meminta suami menjadi pengawas. “Perempuan sering berdamai dengan diri sendiri. Sudah waktunya berbisnis, malah belum memulai kegiatan. Suamilah yang mengontrol dari kantor, memberikan istri semangat, dan motivasi,“ papar Rivqi.
2. Ibu rumah tangga yang tidak belajar sesuatu di luar masalah rumah tangga, tidak akan bisa menjalani bisnis. “Lain halnya dengan ibu rumah tangga yang senang mengurus anak, misalnya. Ia akan senang diajak bisnis tentang anak. Biasakan otak terasah karena kalau tidak dipakai bisa tumpul.”
3. Anda juga harus menyadari bahwa penghasilan akan berkurang, tidak tetap, atau tidak stabil karena memulai bisnis sendiri. “Kalau biasanya facial , pergi ke salon, mal, sekarang turunkan sedikit gaya hidupnya,” saran Rivqi. Menurutnya, inilah strategi penghematan saat pemasukan belum stabil. “Ingat! Orang tidak akan menilai dari apa yang digunakan, tapi dari apa yang diucapkan dan diperbuat.”
4. Meski demikian, tetap miliki rasa optimis, harapan, kegembiraan, kebahagiaan, energi positif yang bisa ditularkan kepada orang lain. “Hal-hal itu bisa menambah teman, mempunyai potensi besar, memperluas pasar, banyak gagasan, ada peluang membangun bisnis dengan orang lain.”
Bukan Cuma Uang
1. Kapan waktu yang tepat untuk keluar dari kerja? Menurut Rivqi, parameternya sederhana. “Anda tahu apa yang dikerjakan atau penghasilan di bisnis sudah setara dengan penghasilan di kantor,” tutur Rivqi. Kalau mau aman, lanjut Rivqi, penghasilan bisnis sebaiknya menghasilkan tiga kali lipat dari gaji. “Tapi, bagi saya, yang terpenting adalah keyakinan dan tahu apa yang akan dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai penghasilan bisnis nilainya berkali-kali lipat,” tandas Rivqi.
2. Hati-hati jika Anda keluar kerja sembari berharap pemasukan bisnis bakal setara gaji. “Anda bakal repot sebab bisnis bisa turun naik. Misalnya, hasil setahun dari bisnis ternyata di bawah gaji. Bisa dibayangkan, pasti kecewa dan ingin kembali bekerja karena patokannya uang.”
3. Bisnis adalah pilihan hidup dan harus diyakini. “Tak masalah kalau awalnya melakukan dengan terpaksa. Cari tahu lewat seminar, buku, dan teman yang lebih pengalaman. Pilih salah satunya, persiapkan cara menjualnya, dapatkan barang, lalu atur penjualannya.”
4. Cara paling simpel dalam berdagang adalah mengambil barang dari orang lain untuk djual kembali. Istilahnya, reseller online , distributor, atau makelar.
5. Gunakan keahlian dalam berbicara mengenai jualan Anda dan bukan untuk menjelek-jelekkan orang lain. Semakin sering menawarkan barang, semakin banyak peluang barang itu laku. “Jika ingin memproduksi sendiri, buatlah sesuatu berkualitas dan berikan servis terbaik.”
Tahan Diri
1. Jika masih bekerja kantoran, lakukan uji coba di kantor. Catatannya, jangan sampai melanggar kode etik di perusahaan, ya! “Kalau malu, berarti ada masalah mental dan itu harus diterapi. Biasanya, digunakan metode terapi hipnoterapi, quantum touch, atau metode lainnya.”
2. Separuh masalah bisnis adalah masalah mental, ketakutan, trauma, malu, gengsi, dan malas. “Semua hal itu tidak bisa diselesaikan dengan ilmu manajemen tapi terapi. Maka, harus dicari dulu akar msalahnya supaya hilang,” papar Rivqi.
3. Kelola keuntungan dengan baik dan jangan berfoya-foya atau mengubah gaya hidup. Selalu sisihkan keuntungan untuk sedekah, modal usaha, dan investasi. “Ciri orang sukses adalah orang yang sabar menahan kenikmatan. Sebetulnya, penghasilannya cukup membeli mobil mewah, tapi karena tahu bisnis tidak selamanya di atas, cukup memakai mobil biasa.”
Melirik Bidang Usaha
1. Apa saja yang bisa dijual dari bekerja di rumah? Sebut saja, kuliner online seperti buka rumah makan atau jual makanan ringan seperti pasta dan snack box . “Teman saya tidak punya rumah makan, dia pun membuat delivery web . Jadi, dia menyebar menu makanan dari rumah makan favorit. Saat ada pesanan, dia ambil komisinya dari rumah makan itu.”
2. Bagi Anda yang mempunyai hobi pendidikan, bisa juga membuka bimbingan belajar atau les privat. “Mengajar ibu-ibu yang mempunyai keahlian atau merekrut guru-guru yang punya keahlian. Hal inilah yang dilakukan teman jualan kursus online . Perlu les privat Bahasa Inggris, tinggal telepon, kasih tahu rumahnya di mana, dan nanti dikirim gurunya.”
3. Anda juga bisa berbisnis mainan anak-anak atau berjualan e-book buat yang senang menulis. Tapi, saat ini, banyak sekali orang yang berbisnis fashion seperti perhiasan, baju, sepatu, dan pernak-pernik. “Paling enak kalau punya hobi, misalnya bikin pernak-pernik, merajut, atau desain. Saat mengerjakan bukan seperti menjalani bisnis, tapi menyalurkan hobi yang menghasilkan uang.”
4. Jika tak memiliki hobi, lihat peluang lain yang sedang tren dari toko, buku, atau internet. Setelah itu buatlah situs, populerkan blog , sebar kartu nama, dan aktif di jejaring sosial. “Tak masalah, bila di awal hanya mendapat honor ala kadarnya. Hitung-hitung sebagai sarana promosi. Semua dimulai dari berbagi, prinsipnya bukan take and give (ambil dulu baru berikan) tapi take and receive (berikan dulu baru dapat lebih).”
Mau Mencoba
Ida Tanjung (43) tadinya bekerja sebagai marketing di perusahaan bunga selama 12 tahun. Jarak yang jauh dan anak-anak yang beranjak dewasa membuat Ida memutuskan berhenti kerja. Ia lalu membuka jasa pesanan bunga bernama Zarra Gift House yang lebih fokus menerima pesanan dari perusahaan. “Sempat khawatir karena tadinya biasa pegang uang tetap tiap bulan, sekarang sebaliknya,” tutur Ida.
Meski usahanya baru berusia 2 tahun, Ida optimis bisa meraup untung, terutama saat Lebaran dan Imlek. Selain itu, waktunya untuk keluarga juga bisa lebih banyak dan ia bebas mengatur segala hal. Sementara itu, dalam berbisnis, Ida menegaskan pentingnya keamanan. Misalnya, apakah bisnis yang akan dilakukan bisa membahayakan lingkungan atau keluarga? “Perhitungkan juga keamanan sekitar rumah, luas ruangan untuk bekerja, dan lokasi yang strategis.”
Pengalaman Diana Novianti (33) lain lagi. Ia bekerja sebagai staf administrasi teknik di sebuah stasiun televisi swasta dan ingin membuka usaha batagor. Mengapa? Ternyata karena ia biasa membeli batagor yang dijual di gerobak saat menunggu bis.
Singkat cerita, ia mengobrol soal bahan hingga bumbu dengan Sang Penjual. “Saya praktikkan di rumah, ternyata orang rumah menerimanya. Abang penjualnya juga mengenalkan ke pemiliknya,” kata Diana yang menjual 4 buah batagor besar seharga Rp 7 ribu. Di luar dugaan, Sang Pemilik juga bermurah hati membagi ilmu. “Menurut dia, ilmu harus dibagi karena tidak akan mengurangi rezekinya,” kenang Diana.
Saat ini, Diana mengaku memiliki kendala waktu karena masih bekerja. “Padahal, berbisnis harus terjun langsung ke lapangan. Tak heran, saya sering cuti sampai tinggal 5 hari tahun ini,” seloroh Diana. Di sisi lain, ia bertekad menjaga kualitas rasa agar tetap disukai orang. “Rasanya harus sama meski sudah dijual bertahun-tahun dan didukung tempat strategis,” pungkas Diana.
1 comments:
bisnis yang sederhana ya mulai dari bisnis dari rumah ya...thx bro ats pencerahannya...
Posting Komentar