Dua minggu berlalu setelah saya pulang ke Pekanbaru, saya menekan nomor mama di hape.
Saya masih mendengar suara mama yang ceria, tawanya yang renyah.
Disela-sela pembicaraan kami tadi, mama berkata, bahwa mama berpikir saya marah.
Maafkan saya, Mama. Empat belas hari saya baru kembali memberi kabar.
Untukmu mama, bagaimana bisa saya marah. Saya tidak ingin melukai hati mama.
Mama adalah seorang yang sangat berarti buat saya, walau sejak pertemuan kita, semua seperti babak baru. Saya yang berbeda, saya yang belajar mengerti dan memahami bahwa kami keluarga yang heterogen, dan saya yang kadang takut dipandang berbeda.
Barangkali mama pun begitu, bertemu kembali di saat saya sudah seumur ini, pastinya juga membuat ruang baru di hati mama, awalnya saya pasti terasa asing karena kita tidak pernah bersama sebelumnya.
Saya mencintai Mama, menghormati mama seperti apapun Mama.
Ingin saya senandungkan sebuah puisi, nyanyikan sebuah lagu, bacakan sebuah cerita agar hati saya selalu dekat di hati mama.
Mama sudah tua.
Berkali-kali koko, cece, mengingatkan saya.
Tapi entah mengapa hati ini selalu ingin berkata mama masih muda, mama masih kuat.
Ingin hati saya memeluk hati mama, ingin saya dekatkan batin ini sedekat mungkin dengan batin mama.
Dalam tidur lelap mama, pada suatu malam, dua minggu yang lalu.
Saya pandangi mama, seorang tua yang lincah, dan dalam keluguan mama sebagai orang tua.
Ya Allah, jaga selalu mama saya. Beri kami kesehatan, karena saya ingin membahagiakan mama.
***
Siti Nurbaya (Hanny Wang)
Berbisnis itu menyenangkan
Oriflame Consultant http://beranibermimpi.web.id | Mother | Online-bussinesswomen
1 comments:
postingan tentang mama dihati... Sangat menarik untuk dibaca, Saya suka mengunjungi blog ini.
Posting Komentar