Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

9.13.2012

Bolehkah aku merasa rindu?

Berusaha sibuk.
Tapi siang ini aku kalah.
Berat melawannya.

Berusaha kuat.
Tapi ketika mengingat beliau, memandang fotonya.
Aku tidak bisa berpura-pura sibuk dan bersandiwara kuat.

Aku ingat.
Siang itu, dibimbingnya aku ke kamarnya.
Ada setumpuk album foto yang belum pernah aku lihat.
Foto orang-orang berkulit putih dan bermata sipit.
Foto orang-orang terdekat jiwaku, tapi sangat jauh dari ragaku.

Ada sesesosok pria gagah di sana.
Tinggi, ganteng.
Di dalam foto itu, dia tersenyum, manis.
Dia bapak kandungku.
Yang hanya tersenyum padaku dalam foto itu,
Yang kusebut namanya, ketika aku meminta wali hakim menikahkan aku enam tahun yang lalu.
Yang saat kepergiannya aku hanya berjalan melewati tenda duka berwarna biru,
Maafkan Hanny, papa...
Andai aku tahu saat itu yang terbujur kaku di sana adalah dirimu...
Mungkin aku juga akan meraung, memelukmu untuk yang pertama dan yang terakhir.

Entah aku ini anak seperti apa.
Dulu merindukan bertemu ibuku.
Kini setelah pernah bertemu, aku tidak bisa melepas ikatan rindu.
Menyatu, berhari-hari bahkan berminggu-minggu setelah kami berpisah.
Walau suaranya kerap terdengar di telingaku, tapi rindu itu tak melepas dari batinku.

Aku rindu mama, yang pernah membimbingku ke kamarnya, memperlihatkan setumpuk album foto.
Aku ingin menghabiskan waktu bersamanya di kamar itu, bercerita tentang orang-orang bermata sipit dan berkulit putih yang ada di dalam sana.
Ingin menjadi bagian terindah dalam hidup mama, andai aku bisa.
Ingin melupakan kisah suram dan menggantinya dengan pelangi setiap hari.

Masih bolehkah aku merasa rindu?

0 comments: