Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

9.03.2012

Akhir Episode Teka-teki

Di Pekanbaru.

Sudah tiga hari meninggalkan orang tua dan keluarga kandungku.
Jika ditanya apakah aku merindu?
Iya, sungguh dan sangat merindu.
Karena tiga puluh dua tahun belum puas tergantikan dengan dua hari.

Aku kembali ke rutinitas, dengan perasaan yang sangat dan sangat bahagia.
Seperti tidak ada orang lain yang lebih bahagia dari aku saat ini.

Tidak ada beban lagi.
Yang tersisa sungguh hanya rindu, dan hanya rindu.

Aku belajar banyak hal. Ada sisi positif, kesamaan dalam diriku dengan saudara sedarahku.
Menemukan mereka, membuat aku semakin mantap dan percaya diri dengan mata sipitku.
Andai aku bisa genggam waktu,dan andai kisah hidupku adalah sebuah video, akan aku putar ulang dan saksikan bagaimana saat aku dilahirkan, diserahkan dan kemudian dibesarkan.

Saat SD, aku bingung dan hanya bisa menangis, ketika aku  diejek oleh teman-temanku dan dikatakan bahwa aku adalah anak angkat.
Saat penjual es krim yang namanya kalau tak salah 'Taku' mengatakan hal yang sama, aku hanya mampu lari, mengadu kepada orang tua angkatku.
Dan masa kecilku adalah masa polos sehingga ketika Ibu angkat mengatakan bahwa aku adalah anak kandungnya, kemudina aku langsung percaya.

Masa SMP masa aku mulai merasa.
Merasa lain dengan mereka, saudara angkatku. Takut, menghadapi kenyataan, takut bertanya dan tidak tau harus bertanya kepada siapa. Setiap kali menonton sinetron yang menceritakan tentang anak angkat, aku hanya mampu menundukkan pandangan, dan menyadari bahwa aku sama seperti dalam cerita itu.
Tapi aku hanya diam, dan hanya bisa menyembunyikan perasaan dalam-dalam. Sedalam-dalamnya.

Masa SMA aku hampir melupakannya, tatkala di kelas satu aku menerima sepucuk surat tanpa identitas. Ya,surat kaleng.
Masih hal yang sama dituliskan dalam surat itu.
"aku anak angkat"
Dan aku masih takut. Kusobek kecil-kecil dan ku buang ke dalam tempat sampah,
Dan masih hal yang sama aku lakukan,
Menyimpan, menyembunyikan perasaan dalam-dalam dan sedalam-dalamnya.
Karena yang aku rasakan juga masih sama, takut menghadapi kenyataan, takut bertanya dan tidak tau harus bertanya kepada siapa.

Kelas 2 SMA.
Surat kaleng lagi.
Ini kali kedua aku menerima surat tanpa identitas. Kali ini surat tsb dilempar dari jendela kelasku.
Pagi, aku datang dan kulihat ada surat untukku.
Berdebar, karena sebenarnya aku sudah mulai melupakan surat kaleng yang pertama.

Namun, kali ini nampaknya si pengirim berhasil membuat aku galau.
Aku tak tahan lagi. Saat itu empat hari menjelang hari lahirku yang ke tujuh belas tahun.

Dengan berdebar, memberanikan diri aku menyodorkan surat itu kepada ibu angkatku, sepulang dari sekolah.
Yang kuingat beliau menangis, dan aku juga, Menangis tertahan, Menangis bahwa apa yang aku duga dan pikirkan selama ini adalah benar. Aku anak angkat. Kenyataan yang terkuak menjelang usia dewasaku.

Terhenyak, dan diam. Aku takut, bingung, tak punya kekuatan apalagi keberanian untuk bertanya lebih banyak, dimana mereka? dimana orang tua yang melahirkanku? Dimana saudara sedarahku?
Telingaku hanya mampu mendengar cerita yang mengalir dari mulut Ibu angkatku, bahwa aku diadopsi sejak umur 9 hari, dalam keadaan cacat.
Siapa yang tidak sedih, siapa yang tidak pilu, Cacat, ditinggalkan, diserahkan...



Perasaan itulah yang aku pendam, berpuluh tahun.
Perasaan itu pula yang aku simpan rapat-rapat dalam ketakutan dan ketidakberanianku.
Sampai aku menikah, ketakutan, ketidakberanian itu hanya bisa aku luapkan kepada suami tercintaku.

Jadi, bagaimana mungkin aku bisa menahan air mata selama seminggu terakhir ini, sejak aku mulai bertemu dengan seorang wanita yang mengandung dan melahirkanku, dan 9 saudara kandungku?
Bagaimana mungkin aku bisa menahan perasaan bahagia atas dua hari indah bersejarah dalam hidupku?




Kini, episode teka-teki dalam hidupku sudah terjawab.
Kebahagiaanku sudah complete. Kalau ibarat download file, sudah finish 100%.

Entah siapa pengirim surat kaleng itu, sampai detik ini aku tidak tau.
Tapi aku rasa, aku patut berterima kasih kepadanya, karena tanpa surat darinya, mungkin aku tidak ada dalam foto-foto bahagia ini.



Hanya mereka, koko2 dan cece2ku adalah orang pertama yang memanggil aku 'adik'.
Benar, seumur hidupku aku belum pernah merasa disayang seperti ini.


Akan aku ukir hari-hariku bersama mereka, walau jarak kami jauh.
I miss U, my brothers, my sisters..

Plis jangan tinggalkan aku sendiri lagi...

Untuk saudara kandungku:
1. Cece A Cung
2. Koko A San
3. Cece A lek
4. Koko A Nik
5. Cece A Mei
6. Cece A Hen
7. Koko A Hua
8. Koko Pendy
9. Koko A Leng


0 comments: