Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

1.13.2011

Mengapa Karirku di Rumah?

Senang, mendapat kabar adik-adik tingkatku lulus PNS Pemprov Riau.
Walau aku tak ikut bersaing dengan alasan yg klise, anak.
Memang aku tak sekuat mereka, ibu-ibu rumah tangga di luar sana yang ikut membantu suami bekerja, entah itu PNS atau pegawai swasta.
Aku terlalu cengeng. Teringat waktu masih kerja di Jl. Riau, aku meninggalkan Dymsi sambil menangis di dalam mobil ketika dijemput oleh abangku. Dan pesan yang seirng disampaikan kepada aku waktu itu adalah: "Jangan terlalu memanjakan anak.."


Itulah dia, gadis kecil yang membuat aku tidak sanggup untuk meninggalkannya. Banyak ibu-ibu lain juga tidak tega meninggalkan anak mereka, tapi entah mengapa aku masih saja tidak sekuat mereka, dan rela bertahan dengan kondisi seperti sekarang. Pikir aku hanya sederhana, toh aku juga berusaha -salam tahap meningkatkan penghasilan- dengan bisnisku.. Toh aku juga memanfaatkan ilmuku dengan membuka les di rumah.. Toh aku juga nyaman dengan mengurus sendiri rumah dan anak-anakku?
Banyaklah, yang membuat aku tidak menyesal dengan pilihan aku sementara ini untuk menjadi ibu rumah tangga sejati..
Kemarin, aku sampaikan kepada gadis kecilku, "Teman Bunda dua orang lulus PNS, Nak..., Bunda gak lulus karena gak ikut tes.."
Jawab anakku: "Trus kalau Bunda lulus, anak-anak bunda nanti sama siapa..."
Hm, terharu lagi, dan lagi-lagi aku tidak bisa.
Pernah aku sampaikan usulan menitipkan dia dan adiknya di TPA.
Geleng-geleng kepala, jawabnya.
Jadi, kalau aku mengikuti perasaan keibuanku, dan menuruti kemauan anakku- ingin Bunda di rumah saja, apa itu berarti aku salah, apa itu berarti aku memanjakan anak, ya?
Bahkan bukan sekali Dymsi request: "Gpp uang Bunda sedikit tapi Bunda kerjanya di rumah aja...."

Episode Ahmad.
Si kecil ini lagi yang membuat aku tambah tidak bisa berkutik, sejak hamil sudah ikut berjuang adem ayem di dalam perut buncitku. Dan menjadi alasan utama aku menjalani hari-hariku di rumah, hingga kini aku menemukan ketenangan yang 'lebih', semua berkat Ahmad Rozin.





Memang dalam hidup selalu ada pilihan, dan saat ini pilihan aku jatuh kepada mereka, anak-anak kami yang masih kecil, polos..Akulah yang akan membentuk mereka menjadi seperti apa, karena niatku mereka kelak mejadi anak sholeh-sholehah, berprilaku baik, sopan..
Semoga niatku tak sia-sia, semoga kehidupan tetap cerah, karena karir tak hanya dengan bekerja di luar, di dalam rumah pun aku yakin akan bisa bangkit, dan tentu saja tanpa kehilangan waktu dengan anak-anakku..

0 comments: