Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

12.22.2009

Selamat Hari Ibu


Happy Mother's Day.
Selamat Hari Ibu. Telah kuucapkan kalimat itu kepada Ibu dan Ibu Mertuaku tadi pagi, menjelang berangkat kerja. Dan diatas motor Dymsi juga telah mengucapkan hal yang sama kepadaku. Semoga Ibu, Ibu Mertua, dan aku sendiri serta seluruh Ibu-ibu di dunia merasakan bahagia, merasakan bahwa Wanita khususnya seorang Ibu begitu bermakna bagi suami dan anak-anaknya.
Bicara tentang Ibu, mengingatkan aku pada seorang Ibu yang belum pernah aku temui, belum pernah aku lihat bagaimana rupanya. Ibu yang mengandungku, yang rahimnya pernah aku tempati 9 bulan dan Ibu yang telah melahirkan aku. Ya, Ibu kandungku. Aku kembali merindukan kehadirannya hari ini.
Sebetulnya aku beruntung memiliki banyak Ibu. Tapi entah mengapa Ibu yang satu ini, sulit sekali untuk aku temui. Dan entah mengapa pula Ibuku yang ini tidak ingin menemuiku. Tidakkah dia cinta kepadaku lagi? Tidakkah dia merinduiku? Tidakkah dia ingin bertemu denganku? Tidakkah dia ingat bahwa dia pernah melahirkan aku???
Aku anaknya!! Walau keyakinan kami berbeda, tapi bukankah hubungan darah tidak bisa diputuskan begitu saja? Ibarat mencincang air, bagaimanapun tidak bisa.
Dan pada akhirnya, sampai detik ini aku hanya bisa merindukannya dalam tangis di dadaku. Ya, tangisan yang ada di dalam, dan hanya aku sendiri yang bisa merasakannya. Akan kucari, kukejar, kupeluk, kucium.., seandainya aku bisa melakukan itu semua.
Ibu, andai saja Ibu tahu. Aku ingin sekali bertemu denganmu. Jika Ibu tidak ingin menemuiku, aku rela melihat dari kejauhan, satu kali pun tak mengapa. Asal aku bisa melihat wajah Ibu. Ibu kandungku. Karena aku mencintaimu, Ibu.
Selamat Hari Ibu, buat Ibu-ibuku. Ibu kandung, Ibu Angkat, Ibu Mertua. Mereka adalah Ibu-ibuku yang sangat berarti bagiku. Semoga Ibu-ibuku selalu menjadi Ibu-ibu yang baik, sederhana dan selalu sayang kepada kami, anak-anaknya. Dan semoga aku bisa menjadi lebih baik, karena aku juga adalah seorang Ibu bagi anak-anakku.

12.07.2009

B'Day K'Kembar ke-6

Jumat malam, 4 Desember 2009.
Tidak terasa si Kembar Maudy & Claudy seudah berusia 6 tahun. Begitulah waktu, hampir semua serba tidak terasa. Waktu akan menikah, aku meninggalkan rumah si kembar ketika mereka berusia 2 tahun, masih kecil dan imut.
'Pesta' ulang tahun mereka hanyalah pesta keluarga sederhana, karena inti dari acara ini sebenarnya adalah kebersamaan dan kekeluargaan. Ayah si kembar tidak bisa ikut merayakan pesta sederhana ini karena sedang berada di Jakarta, dan memang sering 'keliling-keliling' berhubung profesinya yang selain PNS juga pelatih kiper PSPS Pekanbaru.


Malam itu hujan tak kunjung reda. kami pulang jam 09.30 malam, bersepeda motor dengan 2 bh mantel hujan. Anak-anak sudah mengantuk berat. Di tengah perjalanan, kami 'disemprot' oleh sebuah mobil yang melaju kencang. Miris, mengapa terkadang mereka yang bermobil tidak memikirkan kami yang bersepeda motor. Mengapa tidak mengurangi laju kendaraan ketika belewati genangan air di jalan raya.
Kami sampai di rumah jam 10 malam. Hari yang melelahkan, tapi juga menyenangkan.

12.03.2009

4 th Wedding Anniversary


Seperti biasa hampir setiap hari kami sampai di rumah sekitar pukul 19.30 PM.
Hubby pulang sore, magrib sampai di rumah Kak kembar untuk menjemput aku dan si kecil Ahmad. Setelah itu kami menjemput Dymsi di rumah Nekla. Dan dari situ baru kami pulang ke rumah. Rutinitas yang cukup melelahkan, karena begitu sampai di rumah ada pekerjaan lain yang menanti. Bisa memasak, mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, menyetrika, dan tentu saja menidurkan anak-anak. Beberapa pekerjaan diatas optional, misalnya jika pagi aku sempat memasak, berarti malam tinggal makan saja, atau jika merasa capek tidak sanggup memasak, berarti beli lauk saja. Kalau kemarin malam mencuci baju, berarti malam ini hanya menyetrika. Kalau pagi aku sempat mencuci piring, berarti malam ini tinggal mengotorinya saja :)
Hubby bertugas membilas pakaian dan mengucek beberapa pakaian yang tidak bisa dicuci dengan mesin, dan tentu saja sekaligus menjemurnya. Itu sudah sangat membantu sekali. (Thx a lot ya Hub!)
Btw, tadi malam kami tidak langsung pulang, kami singgah sebentar di pintu masuk RS. Eka Hospital untuk mengantarkan obat Iyan , keponakan kami yang sedang dirawat karena DBD. Di sana ada Ayahnya (abangku, Apuk) yang sudah menunggu dengan 4 miscall.
Sepanjang perjalanan menuju rumah (yang rutenya berbeda dengan perjalanan jika kami tidak ke RS) aku memandang bulan yang indah, bulat penuh. Seperti purnama. Aku bertanya kepada Hubby apakah sekarang tanggal 15 (th. Hijriyah). Kata Hubby iya, kalau tidak 15 berarti 16 Dzulhijjah.
Ups, begitu sibuknya kami sehingga lupa bahwa 15 Dzulhijjah 1426 H adalah hari yang sangat bersejarah bagi kami, karena pada waktu itu seorang Ardymond mengucapkan ijab kabul, mempersunting seorang Siti Nurbaya, teman kuliahnya yang pernah bersembunyi di belakang kandang ayam untuk menghindarinya. Entah bagaimana,Siti Nurbaya yang semula dingin seiring dengan berjalannya waktu bisa berubah pikiran menerima Ardymond dengan cintanya, dan yakin sampai hari ini bahwa dia tidak salah pilih.
Empat tahun sudah kami hidup bersama. Bohong jika tidak ada pertengkaran dan tangisan. Asal tidak berlebihan, tentu itu menjadi bumbu penyedap dalam rumah tangga, karena seperti kebanyakan pasangan, diakhir pertengkaran biasanya ada pelukan :)
Bersyukur dalam rumah tangga kami belum pernah ada KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), atau TM (Tumbuk Meja), TP (Tendang Pintu). Karena selain itu bukan type Hubby dan aku, kami juga sadar bahwa kami bukan orang yang mudah membeli peralatan rumah tangga. Kalau sampai semua ditendang atau dibanting 'kan sayang. Meja yang mau ditendang yang ada cuma meja Oshin. Keramik yang mau dibanting tidak ada, kursi yang bisa diangkat dan dibanting cuma kursi Dymsi, itupun terbuat dari plastik yang ringan, kan kurang seru kalau jadi bahan bantingan.
Ya begitulah, sampai hari ini aku bahagia dengan pernikahan kami. Sudah 2x aku hamil (berarti sudah 2x perutku melar), sudah 2x aku melahirkan, sudah 2 anak yang diamanahkan kepada kami, semua patut disyukuri. Karena tanpa itu semua, mungkin pernikahan kami tak sehangat sekarang ini.
At least, Happy 4th Wedding Anniversary buat kami berdua., semoga kami semakin sayang semakin cinta, memperoleh rumah tangga yang berkah, saling mengingatkan dalam beribadah untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

12.02.2009

Siapkah Kita jika Dia datang??

Mata sempat tidak bisa diajak kompromi sekitar setengah jam yang lalu. Dahyat bangets, 10.30 AM sudah ngantuk berat. Padahal, mau dibilang bergadang tidak juga.
Friends, mengapa ya kita jarang mensyukuri keadaan kita yang sehat walfiat, tubuh yang sempurna. Padahal kesehatan itu adalah kenikmatan hidup yang tiada tara. Cobalah kalau kita sakit, bukan hanya tidak nyaman, tapi kadang tak sedikit juga biaya yang kita keluarkan untuk bayar dokter, berobat...
Adalah cerita Hubby yang membuat aku merinding. Jumat malam pekan lalu, salah seorang orang tua laki-laki siswa menghadap Yang Kuasa. Sebelumnya Alm. tidak pernah terdiagnosa menderita suatu penyakit apapun, dengan kata lain dia tergolong seorang yang dipandang dari luar sehat walafiat.
Hanya saja sekitar seminggu sebelum berpulang ke Rahmatullah, Alm. pernah mengeluh sakit kepala dan setelah diperiksa menurut dokter beliau hanya kelelahan.
Entah bagaimana, singkat cerita pada malam kejadian Alm. mengeluhkan kembali sakit di kepala dan disertai kejang-kejang. Dalam cerita Hubby itu, Alm, memang punya kebiasaan menggoyangkan kedua kakinya sebelum tidur, dan pada malam saat menderita kesakitan yang luar biasa, kedua kaki itu bergoyang sangat kencang, bahkan mungkin teramat kencang.
Alm. meminta anaknya untuk lebih cepat menggoyangkan kakinya, "Onya (panggilan anaknya), cepat goyangkan kaki Papa lagi, Nak. nanti dia tidak bisa bergoyang lagi.."
Sang anak ketakutan, bingung, karena kesua kaki ayahndanya sudah bergoyang begitu kencang, bagaimana mungkin ayahnya minta digoyangkan lagi.
Pada saat itu ayahnya juga berteriak, "Dia datang...., dia datang.., Ya Allah jangan sekarang Ya Allah, jangan sekarang. Dia belum siap untuk ditinggalkan.."
Allahu Akbar, Dia Maha berkehendak. meski teriakan itu berkali-kali diucapkan.
Malam itu adalah malam terakhirnya.
Friends, sosok Alm. terkenal baik, rajin ke Masjid. Semoga Alm. diterima disisi Allah SWT.

Yang aku ambil hikmah dari cerita ini, ada suatu benang merah, bahwa kematian itu akan datang, dan pasti datang. Cepat atau lambat. Bertaubatlah bagi kita yang merasa masih belum menjadi hamba yang bertaqwa. Bukankah kadang kita melalaikan ibadah sholat (apalagi jika kita sampai tidak mendirikan sholat, dan kita jarang menganggap sholat sebagai suatu kebutuhan, bukan kewajiban), kadang kita masih sering menggunjing, berkata kasar kepada orang tua, berselisih paham antara suami istri. Istighfar, karena jika malaikat pencabut nyawa sudah datang, dia tak peduli apakah kita sudah 'siap' atau belum.
Bagi para muslimah, segeralah menutup aurat jika selama ini belum. Jangan menunggu kata 'siap' untuk itu, atau menunggu bisikan hati. Karena sesungguhnya dengan menunggu bisikan hati itujustru kita telah mengikuti bisikan syaitan. Jangan dicontoh pada selebritis yang wara-wiri di TV dengan pakaian seadanya (yang lagi ngetrend saat ini), atau menurut Dymsi seperti ini: "Gak sopan kakak yang di TV itu ya Bun, nampak micu-micunya..."(sambil menurunkan posisi baju kaosnya). Banyak hal dari diri kita yang perlu dijaga, dan kita belum melaksanakannya dengan sempurna.

Semoga kita menjadi hamba yang diampuni oleh Allah SWT. Mari kita bersama-sama 'mengislam'kan diri kita, sehingga ketika saat itu tiba, kita tidak menjadi manusia yang merugi.