Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

5.18.2009

Dymsi...

Pagi ini adalah awal yang cukup berat bagi aku untuk berangkat kerja, karena Dymsi dengan 'paksa' ditinggal di rumah Neneknya, dan sungguh bukan keinginan kami berdua, jika tidak karena terpaksa. Sebelum berangkat dari rumah, dia sempat bertanya: "Di kantor Bunda masih ada nyamuknya, gak? Dikantor Bunda ada kursinya, gak? Nanti Aci mau duduk di kursi."
Aku hanya bisa mengiyakan pahit, karena hari ini dia tidak boleh ke kantor lagi.
Tiga hari berturut-turut pada pekan lalu Dymsi aku bawa kerja. Sebenarnya dia sama sekali tidak mengganggu, malah lebih terlihat mandiri. Sarapan dan makan siangnya lebih banyak suap sendiri dari pada disuapin. Ketika aku bekerja - mengetik dia juga bisa diajak kompromi. Namun aku harus ikut menemaninya tidur siang di lantai 2, karena khawatir dia jatuh. Kami tidur di kursi, bukan di kasur dan tanpa bantal.
Pecahlah tangisnya tadi pagi, bukan menangis lagi, mengamuk, meronta dan muntah. Terpaksa aku tinggalkan dia dalam keadaan seperti itu. BUkan karena tega, tapi sekali lagi karena keadaan.

Bercerita tentang Dymsi aku teringat kejadian Jumat pekan lalu, ketika kami ke perpustakaan Soeman HS. Pustaka ini sudah beberapa kali didatangi Dymsi, karena itu jika melewati gedung ini, dia pasti hapal, ini adalah pustaka. Hari itu kami sengaja ke sana berdua - dan aku tidak masuk kerja - karena mau mengembalikan buku. 
Dymsi tidak pakai pampers kalau siang, kami sering 'menguyuh'kannya. Proses pembelajaran, walau belum 100% berhasil. 
Ketika sampai, aku sengaja langsung membawanya ke Lt. 2, maksud hati di'uyuh'kan di sana saja, dari pada belok ke Mushola, sementara Jumat siang adalah waktu yang singkat untuk berkunjung. Setelah dicek, rupanya WC dikunci, demikian juga yang di Lt.3. Aku sempat menanyakan ke bebrapa petugas, ada yang menjawab tidak tahu, ada yang menjawab 'iya'. Hanya 'iya' saja, bahkan satu petugas perempuan yang masih meuda menyarankan aku turun ke Musholla saja. Padahal yang mau pipis bukan aku, tapi Dymsi. Aneh, kenapa WC harus dikunci pada saat jam berkunjung? Bukankah itu adalah fasilitas yang biasa? 
Akhirnya Dymsi tidak tahan, di salah satu bagian ruangan - ketika aku sedang mencari-cari buku - dia pipis. Huh, beginilah kalau WC dikunci. Kami turun meninggalkan air pipisnya yang masih tergenang. Dalam hati aku bergumam, salah sendiri, mengapa pustaka sebagus ini dari lt. 2 sampai lt. 3 ada WC tapi dikunci. Semoga lain waktu pintu WCnya dibuka, kan labih bermanfaat dipakai daripada dikunci?

2 comments:

wisata-riau761 mengatakan...

wah... kirain apa....
rupanya... wC yg terkunci to....
hm.. memang macam tu lah situasi dilapangan.... kayak ptugas kbersihan tu.. pemalas...

jaah.. ko' malah fitnah...
uda ah...
semoga aja lbih baik... tul ga??

Dymsi nya ga apa2 kan....
itu yg penting.. hehe

salam by wisata riau

Aya mengatakan...

Aci hebat yah!!
dah bisa mandiri sekarang...^_^

don't worry sista...
lama2 aci pasti gak nangis lagi
begitu honda di belokkan ke rmh nenek labor...
*semoga*

wah.. baru tau klo wc nya terkunci...
perlu dikritik tuh pengelolanya kak

@ wisata riau : hmm, jgn menghakimi org om..
gak semua petugas kebersihan yg pemalas spti itu koq,
contohnya bapak penyapu jalan soekarno hatta (dkt rumah saya)
walopun tua, tp semangatnya itu loh..**SALUT**