Catatan hati...

 photo catatanhati2_zpscf021a88.jpg

4.08.2008

Kembali kepada-Nya

Innalillahi Wainna Ilaihiraji'un...
Wak sebelah, Bapak Damitri telah menghadap Yang Maha Kuasa pada hari Jumat (4 April 2008) Jam 10:20 WIB. Kejadian itu begitu mendadak, hanya dalam hitungan jam saja. Rumah kami bersebelahan, empat rumah bergandengan satu sama lain. Kami menempati rumah ke-2 & ke-3. Pintu samping rumah (kontrakan)ku hampir berhadapan samping dengan pintu rumah Alm. Setiap kali kami keluar rumah atau pulang ke rumah kami selalu melewati rumah ini, dan Alm. biasanya duduk di depan pintu sambil menonton siaran televisi.
Rumah Duka

Malam Sabtu itu, sekitar pukul 9 kurang Wak perempuan mengetuk pintu rumah, minta tolong sama Hubby untuk mengantarkan Alm. ke dokter 24 jam yang berada tak jauh dari rumah. Kami berempat (aku, hubby, Sari & Dymsi) datang ke sebelah. Nampak Alm. begitu lemas, dan tidak sanggup untuk berdiri. Beliau terduduk di depan pintu kamar , membuat Dymsi menangis, mungkin terkejut. Memang tak biasanya kondisi Alm. demikian, setahu kami Alm. selalu sehat, hanya pernah baru-baru ini demam dan flu ringan.
Kami memutuskan untuk mencari mobil, karena kondisi Beliau sangat tidak memungkinkan untuk diboncengi dengan sepeda motor. Setengah berlari aku ke rumah Bu Rosa, tetangga kami yang punya mobil. Namun dari pagar ku panggil tidak ada jawaban,mungkin tidak dengar. Kebetulan pula jaringan XL sedang lelet-nya, ketika kuhubungi handphone Bu Rosa sama sekali tidak menyambung. Apakah banyak pelanggan yang beralih ke XL untuk menelpon murah setelah program menelpon murah ala simPATI Pede berakhir?
Kami putuskan untuk memanggil taksi, dan masih sempat kulihat Alm. naik taksi tersebut. Itu untuk terakhir kalinya aku melihat beliau yang masih menyatu jasad dan ruhnya. Hubby ikut serta, bersama Wak perempuan.
Terakhir kabar, dokter 24 jam merujuk ke RSUD atau RS Tabrani, karena kemungkinan jantung. Alm memilih ke RSUD.
Bertiga berangkat ke RSUD, menurut cerita Wak perempuan, Alm masih bisa jalan sendiri menuju ruang IDG. Ketika jarum masuk ke lengan (untuk dinnfus), tiba-tiba Alm. meregang, dan dari situ semua bermula. Keadaan menjadi payah, dipompa cukup lama, sampai akhirnya disetrum. Tapi apa daya, Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Beliau pergi. Begitu cepat, bahkan sangat cepat.
Sebelum berangkat ke Dokter 24 jam itu, Alm. sempat buang air besar & muntah. Entah itu pertanda, karena aku teringat kata orang-orang tua, kalau orang yang akan pergi itu biasanya membersihkan diri terlebih dahulu.
Beberapa saat kemudian tetangga berdatangan ke rumah Alm, beramai-ramai membereskan rumah untuk menantikan kedatangan jenazah. Sementara aku, menyusul ke RSUD bersama anak-anak Alm (2 orang, 1 laki-laki kelas 3 STM & 1 perempuan kelas 2 SMP).
Sabtu siang jenazah diberangkatkan ke masjid untuk disholatkan setelah selesai dimandikan dan dikafani, dan setelah itu diantar ke tempat peristirahatan yang terakhir. Semoga Alm. diterima disisi Allah SWT, dilapangkan jalannya, dilapangkan kuburnya, dan diterima segala amal ibadahnya serta diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Amin..
Kami mungkin tidak begitu banyak mengenal sosok Alm, karena Alm. bukan orang yang suka banyak bicara, tetapi Alm. tidak sombong. Yang jelas, Dymsi yang awalnya takut bila dekat dengan Wak-nya, perlahan-lahan mulai berani dan suka. Dymsi memanggil Alm. dengan sebutan Wak Deden, yang tak kami ketahui apa artinya.
Jelas kami juga merasa sangat kehilangan, apalagi Istri dan anak beliau. Aku hanya tidak bisa membayangkan, bagaimana kehidupan Wak perempuan selanjutnya, karena selama ini Wak perempuan adalah ibu rumah tangga biasa..
Sabtu malam tetangga di rumah Nenek Dymsi (Ibu Hubby or Mertuaku) yang berpulang ke Rahmatullah. Minggu kemarin kami melayat ke rumah duka. Dan sekali lagi aku melihat jasad seorang Bapak yang telah tak bernyawa. Sejujurnya, selama ini aku belum pernah menghadapi orang meninggal di depan mata, seperti kejadian 2 hari belakangan. Bahkan ketika Wak meninggal, aku sempat berdiri di kamar mayat dalam waktu yang cukup lama. itu cukup membuat aku takut, dengan perut yang mulai mual.
Semua akan kembali kepada-Nya, kita juga. Dalam waktu yang tak bisa ditebak. Kejadian ini seharusnya membuat kita- terutama daku lebih intropeksi diri, supaya ketika dijemput suatu hari nanti, kita benar-benar siap untuk menghadapi babak kehidupan selanjutnya, yang semua masih menjadi misteri....

0 comments: